sebagai postingan pertama,saya akan merepost dari blog tetangga
hehehehheheehhe
judulnya Bidadari Angkot
sumbernya: pandeka_api
Moga berkenan
^_^
Ya, hari ini merupakan hari kebahagiaan bagi kami, Mahasiswa Teknik angkatan termuda di kampusku. Hari ini merupakan hari penutupan krida dan sejujurnya aku tidak tahu apa arti dan kegunaan dari krida tersebut. Namun senior mengatakan, krida untuk menyatukan seluruh mahasiswa teknik sehingga tidak ada kubu-kubu antar jurusan di fakultas kami ini. Walaupun di sana mereka mengatakan krida bertujuan untuk mengasah minat dan bakat kami, tapi saat mendekati akhir krida, beberapa cabang minat bakat sebelumnya yang telah ada malah dihapuskan. Sehingga kami yang tergabung dalam cabang tersebut terlunta-lunta dalam kebebasan. Benar, bebas, itulah yang kami rasakan.
Panitia mengatakan, bahwa kami yang terlunta-lunta ini bergabung dengan cabang-cabang yang lain. Tidak bagi kami berenam, dengan semangat menggebu ditambah lapar yang membara, pergi mengisi perut. Saat kami kembali, kami ditangkap dan dikurung dalam cabang yang sebenarnya aku sama sekali tidak minat dan berbakat di dalamnya. Itu sedikit pengalaman yang kami lalui. Akhirnya aku berpikir, bahwa krida saat itu tak terlalu menyentuh jiwaku, karena aku tak mendapat apa-apa dari sana, melainkan poin yang harus dikumpulkan yang katanya untuk mengambil ijazah harus dengan poin yang mencukupi.
Kembali pada hari ini, jangan terlalu memikirkan masa lalu. Aku dan lima orang temanku bersiap-siap untuk pergi ke penutupan acara krida. Kami menamakan diri kami 3G. Untuk saat ini, singkatan 3G itu masih rahasia. Penutupan krida kali ini, yaitu Jalan Sehat Keluarga Besar Teknik. Sepanjang perjalanan kami berniat untuk berjalan dekat dengan gasis-gadis, khususnya gadis dari jurusan KK. Ternyata, jurusan kami harus paling depan. Semangat kami mengendur. Selanjutnya rencana diubah. Kami akan berjalan dengan para gadis saat mereka kelelahan dan siapa tahu saja ada diantara mereka yang minta tolong.
Niat dan rencana telah bulat, namun hal itu tak terjadi. Manusia berencana, Tuhan menentukan. Aku bersama satu orang dari kelompok 3G terpaksa jalan cepat-cepat dan terdepan. Jika aku berjalan pelan, aku akan cepat lelah. Aneh ya? Tapi itulah kenyataannya. Kami terus berjalan dan berjalan. Dimulai dari pukul delapan dan kami finish sekitar pukul setengah dua belas.
Sesampainya di tempat tujuan, kami segera mencari plastik yang di dalamnya berisi air dan itu berbentuk gelas, yang lain dan tak bukan adalah air mineral. Ntah apa mereknya, tentu saja tidak boleh disebutkan, tapi kalau tidak salah mereknya adalah S*S. Terpaksa ada sensoran. Kami dengan rakus meminum minuman itu yang tentu saja dibagikan oleh para panitia.
Aku dan seorang rekan 3G termasuk datang duluan. Seiring berjalannya waktu, berdatanganlah teman-teman kami yang se-fakultas ke tempat ini. Tempat ini merupakan salah satu tempat pariwisata di kota ini. Ternyata diantara yang datang itu, tidak mereka semua yang berjalan. Ada yang naik angkot, motor sendiri, bahkan ada yang diantarkan oleh orang tuanya dengan mobil mewah. Buat yang terakhir ini, khusus orang kaya.
Setelah semua peserta jalan sehat tiba di tempat, panitia langsung mengumpulkan mereka dan mengatur untuk dibagikan makanan ringan yang sejak tadi kami tunggu-tunggu. Maklum dari pagi belum makan. Apa yang terjadi, para peserta tidak mendengarkan teriakan panitia untuk berkumpul. Mereka malah asik melihat pameran foto yang difoto oleh seorang bapak-bapak dalam perjalanan tadi. Syukurlah, ada di antara mahasiswa tersebut yang mau membeli. Tidak sia-sia pekerjaan bapak itu dan memang tidak ada yang sia-sia di dunia ini, walaupun para pembeli harus menentang panitia.
Beberapa menit kemudian, kami semua telah berkumpul di depan pentas tempat ini. Di atas pentas ada seperangkat alat orgen yang lengkap dengan speaker-nya yang InsyaAllah dapat merusak telinga anda, jika terlalu dekat. Kami mendapat pengarahan, penghitungan dan pengambilan absen, serta pembagian makanan ringan.
Setelah semua pemeriksaan selesai, akhirnya acara yang yang tak ditunggu-tunggu pun datang. Yaitu peresmian penutupan krida. Dalam acara ini yang paling kami tidak suka adalah kata sambutan dari petinggi teknik, karena ini sangat membosankan. Barulah acara yang ditunggu-tunggu, yaitu acara hiburan dan pembagian hadiah yang diundi berdasarkan kupon yang dibagikan saat jalan sehat tadi. Acara hiburan yang pertama adalah penampilan gerak seni dari sebuah aliran seni bela diri baru yang diciptakan oleh putra bangsa yang bernama, Tarung Drajat. Hiburan yang lain, tidak ada.
Langsung saja pengundian kupon berhadiah. Kami semua sudah tersebar kemana-kemana, namun masih dalam jangkauan gelombang suara yang dikeluarkan speaker. Dengan hati penuh harap, kami, anggota 3G berkumpul menjadi satu dan berdoa semoga kami mendapatkan hadiah. Cukup banyak hadiah yang akan dibagikan. Sedari tadi kami menuggu, barulah pada akhirnya nomor yang disebutkan merupakan nomor salah satu anggota kami. Kami bersorak gembira, walaupun yang mendapat hadiah cuma salah seorang dari kami dan yang mendapat hadiah tersebut bernama Zubair.
Hadiah yang didapat adalah sebuah payung yang cukup besar. Akhirnya payung ini dijadikan tempat tanda tangan kami dan teman-teman sekelas kami. Sampai sekarang payung ini masih kami simpan, sebagai tanda kenangan bahwa kami pernah bersama dan saat ini masih bersama. Tentu saja kesan yang ditimbulkan dari tanda tangan berbeda dari bentuk kengang-kengangan lainnya.
Pembagian hadiah merupakan penutup dari serangkaian acara yang diadakan panitia. Seperti biasa, untuk kenang-kenangan kami berfoto-foto dengan berbagai gaya dan pose, dan aku berharap bahwa pose yang aku gunakan tidak alay atau lebay, mengingat aku cukup anti dengan orang-orang seperti ini. Tapi masih ada saja orang yang mengatakan aku seperi dua jenis tadi. Yah, saat orang menganggap dirinya lebih baik, tidak tertutup kemungkinan bahwa orang itu lebih buruk dari orang yang diremehkannya. Mungkin aku termasuk orang yang seperti itu.
***
Sedari tadi kami menunggu, tidak terlihat satu angkot pun yang bisa memuat kami berenam. Beberapa teman, kami suruh mereka duluan untuk pulang, walaupun sebenarnya mereka ingin bergabung bersama kami. Mereka tahu, bahwa 3G biasanya memiliki rencana untuk mengisi waktu luang. Namun kali ini mereka salah, kami tidak mempunyai rencana apa pun.
Akhirnya kami berencana pergi ke pasar dengan cara berjalan kaki, yang kebetulan tidak terlalu jauh dari tempat kami mengadakan acara. Selama berjalan kami berdiskusi dan hasilnya, kami tidak jadi pergi ke pasar dan segera pergi ke persimpangan terdekat untuk menunggu angkot pulang.
Satu demi satu pahlawan berguguran di medan perang. Mati satu, tumbuh seribu. Semboyan yang mebuat semangat para pahlawan untuk membebaskan negri ini dari penjajahan. Begitu juga dengan kami, dengan haus dan lapar yang ditahan-tahan, kami tetap menunggu angkot dan berniat hanya makan ditempat yang kami sukai, yaitu salah satu cafe yang ada di kampus.
Sebuah angkot berhenti di depan kami dan tidak ada penumpang di dalamnya. Kami pun bergegas masuk, seakan-akan kami adalah prajurit yang ingin berangkat ke medan perang. Baru saja kami semuanya masuk, dari seberang jalan seorang gadis yang sebenarnya biasa saja jika dilihat secara sekilas sedang menuju angkot yang kami naiki.
Dia masuk dan duduk di sebelah teman kami, yang kebetulan hanya tinggal di sana ruang yang kosong. Teman kami ini untuk sesaat termanggu, terpana, dan kami biasa menyebutnya “tersepona” yang merupakan plesetan dari tersepona.
Dengan seksama, kami memerhatikan gadis tersebut. Seperti sebuah keajaiban, sedikit demi sedikit kecantikan terlihat di wajahnya. Senyumnya tak tanggung-tanggung, bisa membuat kami semua terpana. Bahkan teman kami yang duduk di sebelahnya putih memucat dan mengubah kulitnya yang hitam itu sama sekali. Seharusnya aku tidak menyebutkan namanya di sini, namun karena beberapa pertimbangan, nama teman kami itu adalah Syaflan alias Tata alias Sueb. Silahkan panggil dengan sebutan yang kalian suka.
Kita tahu, bahwa semua perempuan itu cantik, tapi takaran yang mereka peroleh berbeda. Mungkin karena takaran mereka kecantikan mereka yang tak terlalu tinggi, maka timbullah lawan kata dari cantik, yaitu jelek. Sesungguhnya, kecantikan orang yang kita sebut jelek bisa terlihat. Karena setiap perempuan memiliki keunikan tersendiri.
Dalam hal ini pun aku berteori, setidaknya ada dua tipe perempuan secara umum. Yang pertama, perempuan yang dilihat secara sekilas, cantik dan jika dilihat terlalu lama, kecantikan itu akan memudar. Yang kedua, perempuan yang dilihat secara sekilas, biasa saja atau bahkan mungkin jelek, namun jika setelah diperhatikan agak beberapa lama, kecantikannya akan muncul. Dan beberapa perempuan lainnya bisa saja mendapatkan kombinasi yang bagus diantara kedua teori tersebut dan itu adalah anugerah bagi mereka.
Timbul niat iseng kami untuk menggoda Tata. Disamping itu, kami juga ingin melihat bagaimana reaksi gadis ini, yang belakangan kami sebut dengan “Bidadari Angkot”, terhadap perlakuan kami. Pertama kami berusaha menggoda Tata, apakah dia berani untuk memulai percakapan dengan Sang Bidadari atau tidak. Dia hanya bisa tersenyum kecut melihat tingkah kami. Tentu saja Sang Bidadari tersenyum geli melihat ini. Tata tak sanggup membendung candaan kami dan dia terlihat tak berkutik.
Kami terus melakukan hal ini. Tentu saja kami mengatakan apa yang sebenarnya kami ingin ketahui dari Si Bidadari. Misalnya kami ingin tahu namanya, maka kami akan secara gamblang mengatakannya, namun dengan menjadikan Tata sebagai kambing hitam.
Dalam perjalan, tawa terus mengiringi angkot tersebut. Tata keadaannya kini semakin parah. Pucatnya bertambah apalagi kami terus memperolok-oloknya. Tentu saja perbuatan kami ini tidak baik dilakukan dan untuk anak-anak, ‘Don’t try this at home’. Sejak dimulainya serangan kami terhadap Tata, Sang Bidadari hanya bisa tersenyum. Seandainya saja ada diantara kami yang berani menanyakan nama Sang Bidadari, mungkin saja saat ini kita sudah tahu siapa nama bidadari ini. Nyatalah, kami semua tidak ada yang berani dan hal ini disebabkan kesempatan kami tidak sebaik kesempatan yang dimiliki oleh Tata.
Lima belas menit kemudian, Sang Bidadari menghentikan angkot dan dia turun. Sebelum turun, kami masih sempat melancarkan serangan terakhir untuk Tata agar meminta maaf atas apa yang kami lakukan dari tadi. Dengan terpaksa, Tata pun meminta maaf, namun dengan kata-kata yang membuat kami tertawa terbahak bahak. Dia mengatakan “Maafin kami ya, dek”. Sungguh lucu. Bisa saja Bidadari ini lebih tua dari kami.
Darah yang telah bersembunyi di jantung Tata dari tadi, kembali mengalir dengan lancar dan membuat pigmen di kulit Tata semakin jelas. Dia pun mulai mendebat kami dan bersungut-sungut atas apa yang kami lakukan. Sang Bidadari menyeberangi jalan dan terus berbelok dipersimpangan. Mata kami mengiringi kepergiannya hingga tak terlihat lagi.
Kami masih memperbincangkan Sang Bidadari. Kami memuji kecantikan dan pengertiannya atas apa yang kami lakukan. Bahkan diantara kami ada yang beranggapan bahwa dia adalah anak SMA yang baru tamat. Tata juga beranggapan, bahwa Bidadari tadi adalah mahasiswi yang satu kampus dengan kami, namun berbeda jurusan. Ntah mana yang benar, hanya Tuhan yang tahu.
Tiba-tiba angkot berhenti dan naiklah seorang perempuan yang jauh lebih tua diatas kami. Kami semua terdiam. Tak sanggup untuk bicara dan tak sanggup untuk tertawa lagi. Kami takut kakak-kakak ini tersinggung atas perbuatan kami. Tentu saja kami masih menghormati yang tua. Sebaiknya, hormat menghormati dalam hidup adalah suatu hal yang perlu dijaga.
Memang benar sifat manusia kebanyakan. Disaat dia sanggup menindas seseorang, maka dengan sewenang-wenang dia akan menindas orang lain itu. Namun saat dia menemukan seseorang yang lebih kuat, sebisa mungkin dia akan menjilat pada orang ini. Seakan-akan hukum rimba masih berlaku. Yang kuat menindas yang lemah. Manusia yang katanya mempunyai akal pikiran, tapi menggunakan hukum rimba alias hukum binatang dalam hidupnya.
Angkot berhenti di depan gerbang kampus kami. Kami berenam turun dan segera membayar ongkos. Dengan langkah cepat kami segera menuju cafe favorit kami. Kami pun berharap, agar tempat itu buka pada hari ini, karena hari ini adalah hari minggu yang biasanya setiap orang meliburkan diri.
Sungguh tidak sia-sia pengorbanan kami. Cafe tersebut pun tidak tutup. Kami segera mengambil tempat duduk dan memesan apa yang biasanya kami pesan. Dengan sigap, pelayan mengambilkan dan mengantarkan pesanan kami. Di sana pun kami masih memperbincangkan tentang Bidadari Angkot yang berhasil menarik perhatian kami.
Tata mengatakan, bahwa dia tidak menyesal tidak mengetahui tentang Sang Bidadari. Namun dari sorot mata dan cara dia mengatakannya, sedikitnya ada juga penyesalan didalamnya. Memang terkadang kita berbohong demi menjaga harga diri. Selama makan, kami pun berharap bias bertemu lagi dengan Bidadari Angkot tersebut.